Namlea, Pena-Rakyat.com – Bendahara Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kabupaten Buru Handayani Langobele angkat bicara terkait polemik yang tengah ramai diperbincangkan masyarakat Namlea, yakni rencana masuknya layanan transportasi online Maxim ke Pulau Buru.
Menurut Handayani, kehadiran Maxim dikhawatirkan akan berdampak negatif bagi para sopir angkutan kota dan tukang ojek lokal yang selama ini menggantungkan hidup dari sektor transportasi konvensional.
“Pulau Buru ini sangat kecil. Jika Maxim masuk, akan sulit bagi sopir angkot dan tukang ojek mendapatkan penumpang. Kehadiran transportasi online justru bisa memperkeruh keadaan dan mempersulit anak-anak pribumi dalam mencari nafkah untuk keluarganya,” tegas Handayani dalam keterangannya kepada media, Senin (07/07/2025).
Ia menilai, sektor transportasi lokal masih menjadi tumpuan ekonomi bagi banyak pemuda dan masyarakat pribumi di Namlea. Oleh karena itu, ia meminta Pemerintah Daerah Kabupaten Buru serta Dinas Perhubungan untuk menolak kehadiran Maxim di wilayah tersebut.
“Masih banyak anak-anak pribumi yang menggantungkan hidup dari angkutan kota dan ojek. Jangan bunuh penghidupan anak-anak pribumi di tanah mereka sendiri,” tegasnya.
Handayani pun menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat untuk turut menyuarakan penolakan terhadap layanan Maxim yang dinilai tidak sesuai dengan kondisi geografis dan sosial-ekonomi di Pulau Buru. (Hasbi)