Muhammad Amin Serawak
(Korkom IMM Unpatti Ambon)
Ambon, Pena-Rakyat.com – Jumat (25/07/2025) Di tubuh IMM Maluku, telah lahir satu kader yang lidahnya terlalu lentur untuk sekadar menyebut kebenaran. Lucunya, bukannya menyoroti dinas yang secara terang benderang telah merusak marwah institusi, kader ini malah sibuk memainkan narasi murahan yang menyebut kritik sebagai “tendensius” dan “tidak lahir dari keresahan murni”.
Cari muka. Cari perhatian. Cari posisi. Cari nama. Kader jenis ini bukan lagi virus, dia adalah kutu. Menumpang hidup di tubuh organisasi sambil menghisap semua semangat perlawanan. Luar biasa licin melebihi belut. Di depan organisasi bicara nilai, di belakang layar menjilat sampai ke kaki pejabat demi satu dua pujian kosong.
Bagi saya ini bukan lagi kader, ini juru bicara tidak resmi pejabat yang sedang ketakutan. Mungkin dia terlalu lama mencicipi nyaman dalam dekapan kekuasaan sampai lupa tugas utama kader adalah menggugat, bukan menggonggong atas nama loyalitas semu. Lebih memalukan lagi, dia memosisikan diri sebagai penjaga etika, padahal sejatinya hanya sedang panik karena bangunan kebusukan yang dia bela mulai retak oleh suara kebenaran.
Kritik saya bukan untuk panggung. Saya tak butuh panggung dari pejabat yang kinerjanya bahkan tak layak ditonton. Tapi kamu? Kamu haus disorot. Maka jangan heran, kamu menyerang kritik bukan karena ingin meluruskan, tapi karena kamu takut posisimu sebagai penjilat tersingkir oleh kebenaran.
Oknum kader yang saya maksud ini adalah contoh nyata dari produk kaderisasi yang gagal. Cerdas secara akademik, tapi lumpuh secara moral. Ia mungkin pernah bicara soal perubahan, tapi hari ini ia lebih memilih jadi pelindung dinas busuk ketimbang pelayan nilai. Ini tipe kader yang kalau bicara membawa nama organisasi, tapi kalau membela selalu ke arah kekuasaan.
Jika organisasi ini masih punya nyali, maka harus ada sikap jelas terhadap model kader seperti ini. Karena hari ini, yang menghancurkan organisasi bukan hanya pejabat, tapi juga kader yang diam atau lebih parah untuk membela.
Mungkin yang dia pikirkan semua orang seperti dia. Diam-diam menjilat pejabat sambil pura-pura netral di ruang publik? Kau tidak lagi jadi bagian dari proses perubahan. Bagi saya kau hanyalah sampah sisa kaderisasi yang tak bisa naik karena mutu diri terlalu rendah, lalu sibuk menjatuhkan orang lain yang bersinar karena keberanian.
Terakhir dari saya, poinnya adalah, saya bukan kader yang bertugas untuk membuat rilisan apresiasi terhadap pejabat demi uang kopi.