Arogansi PT SIM dan ancaman terhadap masa depan ekologis Seram Bagian Barat

by -2 views

               Muhammad Amin

              (Kader IMM Maluku)

Ambon, Pena-Rakyat.com – Rabu (23/07/2025) Di balik nama investasi, tersimpan kepentingan yang kerap kali lebih kejam daripada penjajahan. Masuknya PT SIM ke wilayah Seram Bagian Barat merupakan bukti terbaru dari watak rakus korporasi yang menjadikan ruang hidup masyarakat sebagai komoditas untuk diperdagangkan.

PT SIM mencoba membuka lahan di wilayah yang tidak hanya kaya secara ekologis, tetapi juga bernilai kultural dan spiritual tinggi bagi masyarakat lokal. Dalam praktiknya, pendekatan yang dibangun perusahaan ini terkesan tidak demokratis, menutup ruang partisipasi warga, dan lebih condong pada kepentingan modal ketimbang keberlanjutan kehidupan. Inilah bentuk nyata arogansi ekonomi yang dibungkus dengan jargon pembangunan.

Jika kita berbicara dengan jujur, maka harus diakui bahwa pembukaan lahan oleh PT SIM di Seram Bagian Barat adalah bentuk kolonialisme gaya baru. Mereka membawa alat berat, bukan senjata. Mereka mengetuk pintu pemerintah, bukan rumah warga. Tapi dampaknya sama: penggusuran ruang hidup masyarakat dan kerusakan ekologis yang tak bisa dipulihkan.

proyek semacam ini di duga sering kali berjalan karena adanya pembiaran bahkan dukungan diam-diam dari oknum pemerintah yang seharusnya menjadi pelindung rakyat, bukan calo proyek. Ketika izin dikeluarkan tanpa kajian lingkungan yang mendalam, tanpa partisipasi utuh masyarakat adat, dan tanpa dasar etik yang kuat, maka bisa dipastikan bahwa yang sedang dibangun bukan masa depan melainkan kehancuran kolektif.

Seram Bagian Barat adalah benteng terakhir dari banyak sistem ekologis penting di Maluku. Di wilayah ini terdapat hutan hujan tropis, sumber mata air, dan habitat satwa endemik yang tidak bisa digantikan oleh satu pun proyek industri. Ketika PT SIM dengan segala kuasa dan modalnya memaksakan pembukaan lahan, maka yang mereka bawa bukan kemajuan, melainkan krisis. Krisis lingkungan, krisis sosial, dan krisis kepercayaan terhadap negara.

Kita tidak bisa terus-menerus diam atas praktik investasi yang menyingkirkan manusia dan alam. Penolakan terhadap PT SIM bukanlah sikap anti-pembangunan, tetapi sikap waras untuk mempertahankan hak hidup, martabat lokal, dan masa depan bumi.

Saya menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat sipil, tokoh adat, akademisi, dan lembaga independen untuk bersatu menolak ekspansi destruktif PT SIM. Seram tidak boleh dijadikan ladang eksploitasi. Seram adalah rumah, bukan lahan kosong untuk dipetakan dan diperjualbelikan di meja rapat para pemodal.